top of page
line.png

*SAFWAN, kau bahagia, aku bahagia*

Pernikahan, kawin, adalah tema yang hampir selalu aku sukai dalam setiap  percakapan. Bukan apa2 . karena pernikahan terlalu indah. Nikah adalah hal paling ditunggu siapa saja. Manusia mungkin bersedia mempertaruhkan apa saja untuk mendapatkan sesuatu, tapi menurutku, pernikahan adalah pertaruhan paling tinggi.. Salah satu bentuk  kesukaanku terhadap pernikahan adalah  aku selalu antusias membicarakannya. dan itulah yang aku lakukan selama ini. dalam bait2 yang mungkin akan terlalu panjang ini.

Terkadang Aku hampir merasa bodoh membicarakan pernikahan ini. aku tidak tahu dari mana memulainya, dan aku juga tidak terlalu tahu bagaimana mengakhirinya. Karena rasa pengalaman nikah ini terlalu nyata. terlalu sulit untuk diungkapkan dengan bait2 yang terbatas dengan huruf2nya. Bagaimana merumuskan pernikahan, wujud cinta sejati? Ya,,, Barangkali memang tidak sesederhana itu. karena rumitnya inilah, izinkan aku memulai bait-baitku ini dengan judul sebutan namamu, safwan. Sahabatku, wujud persahabatan cinta sejatiku. Yang sedang mengalami pernikahan.

Kawanku, Safwan. Aku turut berbahagia atas bahagiamu dan turut senang atas kesenanganmu. Memang itulah tugasku sbg seorang kawan, mengiringi deraian kawannya ke manapun menuju, seakan gemulai lekuk sungai mengiringi derai airnya.

Apa buktinya? Bagaimana bisa bahagia kita menyatu semacam ini? Aku ingin mengatakan bahwa aku dan kamu adalah manusia yang bukan semata makhluk fisik, tetapi juga makhluk ruhani. Fisik memang terhalang ruang dan waktu, tetapi ruhani tidak, ruhani tak punya batas materil. Bahagiamu adalah bahagiaku, Kawan. Memang bukanlah bahagia  fisik karena itu tidak mungkin. Bahagiaku tentu saja adalah  bahagia ruhani dan ruhani kita sesungguhnya adalah satu. Semua sama dari Allah SWT. 

Aku yakin, Safwan. Ini adalah keputusan besarmu, sebagai sebuah keputusan, kau banyak menaruh harapan besar pula di dalamnya. Harapan yang tinggi, harapan yang indah. Hampir seluruh anganmu dari masa kecilmu hingga sebesar ini,  semua anganmu tentu saja tiba-tiba bertumpu di momen ini.

Kawanku, Istrimu yang sekarang  memang bukan istriku. Mana mungkin aku bisa mengatakan perasaanku sama dengan perasaanmu? Maksudku, memang tidak ada perasaan yang persis sama. istri kita berbeda, waktu kita menikah juga berbeda. Memang aku telah menikah duluan. Kau juga turut berbahagia Saat itu (padahal kau belum merasakannya).  Tapi ada perasaan kita yang sama. apa bedanya? ketika kau menikah kali ini, aku juga merasakan kembali betapa indahnya pernikahan itu. Dan ketika aku menikah dulu, kau juga merasakan kebahagiaan yang sama.


Mungkin aku terlalu keterlaluan jika mengatakan turut merasakan apa yang kau rasakan saat ini, tapi Kawanku Safwan. Tetap saja, meskipun aku dan kamu berada di aliran sungai waktu sejarah yang berbeda, daerah berbeda, masa kecil yang beda, pengalaman beda. tapi kita punya kesamaan.  Sehingga, bahagiamu adalah bahagiaku, senangmu jua adalah senangku.

Safwan Kawanku, memang pernikahan adalah kebahagiaan. Kebahagiaan kita semua, aku kamu, kita, semua merasakan kebahagiaan yang sama. kita punya kebahagiaan yang paling tinggi. Yaitu apa, kemampuan menentukan pilihan. Kakek kita Adam punya keinginan, maka wujudlah hawa disampingnya. Ini adalah kemampuan yang tak diberikan mahluk lain, tidak seeksklusif kita. Akhirnya, aku senang bahwa pilihan hidupmu kali ini, adalah wujud dari pilihan yang orisinil. Aku, kamu, kita mengambil pilihan itu. mengambil wujud bahagia yang paling tinggi.


Ya benar Kawanku, Safwan. pernikahanmu bukan seperti kawin biasa, tetapi sebuah keputusan hidup. Ada separuh agama di dalamnya. Dengan kata lain, separuh keyakinanmu dipertaruhkan di sini. Mungkin separuh pandangan hidupmu akan berubah di sini. Dan mungkin juga, separuh gaya hidupmu akan dilengkapi di sini.


Dan aku berharap kau juga tahu, bahwa ada saat dimana kita  siap dengan segala konsekuensi hidup. konsekuensi hidup, bukanlah bayangan masa depan yang harus ditakuti. Dan tentu saja, bukan pula bayangan masa depan yang harus penuh angan dan impian yang rakus. Tetapi terdapat kemuliaan kita. Yaitu sebagai khalifah. Khalifah untuk generasi kita selanjutnya. akankah generasimu dan generasiku nanti juga akan berada di jalan yang sama? saat bertemu nanti, kau harus menjawabnya, kawanku Safwan sekali lagi kuucapkan selamat. Pernikahanmu adalah jalan baru bagi generasi baru..

bottom of page