top of page
khulafaur-rasyidin-islam.jpg

PENDIDIKAN MASA RASULULLAH DAN KHULAFAURRASYIDIN

A. Masa Pembinaan Pendidikan Islam Periode Mekkah

 

1. Tahapan Pendidikan Islam

 

a. Tahapan Secara Sembunyi dan Perorangan

Pada awal turunnya wahyu yang pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik Khadijah (isterinya) untuk beriman kepada Allah dan menerima petunjuk dari Allah. Kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harits (anak angkatnya), Abu Bakar (Sahabat Karibnya) dan keluarga dekat dari suku Quraisy yaitu Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa’ad bin abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah, Arqam bin Abi Arqam dan beberapa orang lainnya. Mereka semua disebut Assabiquna al-Awwalun. Pusat pendidikan Islam yang pertama adalah rumah Arqam bin Abi Arqam. Dalam tahapan ini agama Islam belum menyebar luas dan masih berada dikalangan keluarga dan sahabat terdekat.

​

b. Tahapan Secara Terang-Terangan

Setelah  beberapa  lama,  sekitar  tiga  tahun  bahwa  Islam  disampaikan  secara sembunyi, turunlah perintah Allah SWT agar Nabi melaksanakan dakwah secara terang- terangan.  Perintah  dakwah  secara  terang-terangan  dilakukan  oleh  Rasulullah,  seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut, banyak kau Quraisy yang akan masuk Islam. Disamping  itu,  keberadaan  rumah  Arqam  bin  Abi  Arqam  sebagai  pusat  lembaga pendidikan  Islam  sudah  diketahui  oleh  Quraisy.  Tahapan  ini  Rasulullah  meningkat jangkauan dakwah beliau dan jumlah sahabat semakin banyak.

​

c. Tahapan Secara Umum

Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang berfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah  strategi  dakwahnya  secara  umum  (umat  manusia  secara  keseluruhan). Tahapan ini sahabat-sahabat Rasulullah mempunyai semangat tinggi dalam mendakwahkan ajaran Islam maka hasil yang diperoleh Islam menyebar lebih luas.

​

2. Materi Pendidikan Islam

​

a. Tauhid

Materi ini difokuskan untuk memurnikan ajaran Agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim   yang   telah   diselewengkan   oleh   masyarakat   Jahiliyyah.   Kemudian   beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti kebiasaan masyarakat arab yang memulai perbuatan atas nama berhala, diganti dengan ucapan bismillaahirrahmaanirrahiim. Dengan demikian jika dilihat dari perkembangan pendidikan Islam sekarang, materi tauhid menjadi materi dasar pendidikan Islam di berbagai lembaga pendidikan.

​

b. Al-Qur’an

Materi pengajaran al-Qur’an pada zaman Rasulullah, terperinci menjadi 3 bagian, antara lain.

1) Materi baca tulis al-Qur’an.

Materi ini diharapkan agar kebiasaan orang Arab yang sering membaca syair-syair, diganti dengan membaca al-Qur’an.

2) Materi menghafal ayat-ayat al-Qur’an.

3) Materi pemahaman al-Qur’an.

Meteri ini bertujuan untuk meluruskan pola pikir uamat Islam yang dipengaruhi pola pikir jahiliyyah. Dengan demikian jika dilihat dari pendidikan Islam sekarang, materi  pengajaran al-Qur’an berkembang dengan adanya ilmu tajwid, gharib, qiraat sab’ah, ilmu tafsir dan lain-lain.

​

3. Metode Pendidikan Islam

 

a. Metode ceramah b. Metode dialog

c. Metode diskusi atau tanya jawab d. Metode perumpamaan

e. Metode kisah

f.  Metode pembiasaan g. Metode hafalan.

Berbagai metode-metode diatas sampai sekarang masih digunakan dan menjadi rujukan lembaga-lembaga pendidikan Islam untuk berhasilnya proses belajar mengajar.

​

4. Lembaga Pendidikan Islam

 

a. Rumah  Arqam  ibn  Arqam  merupakan  tempat  pertama  berkumpulnya  kaum muslimin beserta Rasulullah SAW  untuk  belajar hukum-hukum dan  dasar-dasar ajaran Islam.

b. Kuttab, merupakan suatu tempat yang memfokuskan pada materi baca tulis sastra, syair arab dan pembelajaran berhitung namun setelah datang Islam materinya ditambah dengan materi baca tulis al-Qur’an dan memahami hukum-hukum Islam.

Dengan demikian jika terapkan pada perkembangan pendidikan Islam sekarang, lembaga pendidikan ini sama halnya dengan TPQ, Majlis Ta’lim, Madrasah dan lain-lainya.

​

B. Masa Pembinaan Pendidikan Islam Periode Madinah

Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy, tetapi juga sebagai taktik dan strategi untuk mengatur dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan tantangan lebih lanjut,  sehingga akhirnya nanti  terbentuklah masyarakat baru  yang  di  dalamnya bersinar  kembali  mutiara  tauhid  warisan  Ibrahim  yang  akan  disempurnakan  oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT.

​

1. Aktivitas Nabi di Madinah

Pada periode ini, tahun 622–632 M atau tahun 1–11 H. Ada dua aktivitas yang sangat penting yang dilakukan oleh Rasulullah setelah tiba di Madinah. Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Cara  Nabi  melakukan  pembinaan  dan  pengajaran  pendidikan  agama  Islam  di Madinah adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.

Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:

1) Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertentangan antra suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

2) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi Muhammad menganjurkan kepada kaum  Muhajirin  untuk  berusaha  dan  bekerja  sesuai  dengan  kemampuan  dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.

3) Untuk  menjalin  kerjasama  dan  saling  menolong  dlam  rangka  membentuk  tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.

4) Suatu  kebijaksanaan  yang  sangat  efektif  dalam  pembinaan  dan  pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad SAW dan shalat jama’ah jum’at Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA mendapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.

Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu, terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya. Inilah salah satu perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

​

b. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.

Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok- pokok  pikiran  yang  terkandung  dalam  konstitusi  Madinah,  yang  dalam  prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.

Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.

​

c. Pendidikan anak dalam Islam

 

Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan generasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan  islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al- qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara lain:

Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api neraka)

Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar jangan meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya menghadapi tantangan hidup.

Pada  surat  Al-Furqan  ayat  74,  Allah  SWT  memperingatkan bahwa  orang  yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak keturunan yang menyenangkan hati.

Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut:

1)  Pendidikan Tauhid

2)  Pendidikan Shalat

3)  Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat

4)  Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga

5)  Pendidikan kepribadian

6)  Pendidikan kesehatan

7)  Pendidikan akhlak.

​

d. Mendirikan Masjid

Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan. Melalui pendidikan masjid ini, Rasulullah memberikan pengajaran dan pendidikan Islam. Ayat-ayat Al Qur’an yang diterima di  Madinah sebanyak 22 surat, sepertiga dari isi Al Qur’an.

​

e. Pembentukan Negara Madinah

Aktivitas yang dilakukan Nabi Muhammad selanjutnya adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat Islam yang baru tumbuh tersebut, dalam rangka mewujudkan satu kesatuan sosial dan politik. Kaum anshor dan kaum muhajirin yang berasal dari daerah yang berbeda dengan membawa adat kebiasaan yang berbeda pula sebelum bersatu membentuk masyarakat Islam. Di samping itu, mereka berhadapan dengan masyarakat madinah yang belum masuk Islam dan bangsa Yahudi yang  sudah  mantap  dan  bukan  tidak  mungkin  bahwa  orang-orang  Yahudi  tersebut berusaha untuk merintangi bahkan menghancurkan pembentukan masyarakat baru kaum Muslimin itu. Melihat kenyataan tersebut, beliau mulai mengatur dan menyusun segenap potensi yang ada dalam lingkungannya, memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan potensi dan kekuatan yang ada, dalam rangka menyusun suatu masyarakat baru yang terus berkembang, yang mampu menghadapi segenap tantangan dan rintangan yang berasal dari luar dengan kekuatan sendiri.

​

2. Materi Pendidikan Islam

Materi pendidikan Islam di Madinah semakin luas dibandingkan pendidikan Islam di Makkah, seiring dengan perkembangan masyarakat Islam dan petunjuk-petunjuk Allah. Pendidikan Islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk pribadi kader Islam, tetapi umat Islam juga dibekali dengan pendidikan tauhid, akhlak, amal ibadah, kehidupan sosial kemasyarakatan  dan  keagamaan,  ekonomi,  kesehatan,  bahkan  kehidupan  bernegara.

Materi pendidikan Islam sewaktu nabi di Madinah adalah sebagai berikut:

​

a. Memperdalam dan memperluas materi yang pernah diajarkan di makkah.

1) Hafalan dan penulisan Al-Qur’an.

2) Pemantapan ketauhidan umat.

3) Tulisan baca Al-Qur’an

4) Sastra Arab

​

b. Ketertiban, Sosial, Ekonomi, Politik dan Kesejahteraan Umat.

 

c. Seluruh Aspek Ajaran Islam.

Materi pendidikan Islam yang dilaksanakan Rasulullah SAW di madinah sesuai dengan seluruh isi al-Qur’an dan sunnah beliau. Meliputi: akidah, syari’ah, akhlak dan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian materi pendidikan Islam pada periode Madinah lebih berkembang, lebih sistematis dari materi pendidikan Islam pada periode Makkah.

​

3. Lembaga Pendidikan

 

a. Masjid

Masjid sebagai kegiatan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin, Nabi secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang di sinari dengan tauhid dan mencerminkan persatuan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah, membacakan al-Qur’an, maupun membacakan dan menjelaskan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian, masjid itu merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.

​

b. Suffah

Pada masa Rasulullah suffah adalah suatu tempat yang telah dipakai untuk aktivitas pendidikan. Biasanya tempat ini  menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin. Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal al- Qur’an secara benar dan dijadikan pula Islam dibawah bimbingan langsung dari Rasulullah. Dengan demikian jika dilihat dari perkembangan pendidikan Islam pada zaman sekarang, suffah sama halnya dengan pendidikan di pondok pesantren.

​

Referensi:

Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 123-124.

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Radar Jaya Ofset, 2012), h. 20-21

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2011), h. 35.

Suwendi, Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.10.

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 15

Unggah tugas
mau terima berita akhir zaman setiap hari di email kamu? GRATIS!^^

Thanks for submitting!

bottom of page