top of page
andalusia.jpg

PENDIDIKAN ISLAM DI ANDALUSIA

A. Lintas Sejarah Masuknya Islam di Andalusia

​

Al-Andalus (Arab: سلدنلأا al-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492.  Al-Andalus juga sering disebut Andalusia, namun penggunaan ini memiliki keambiguan dengan wilayah administratif di Spanyol modern Andalusia. Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Andalusia.

Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al- Walid I) (naik takhta 86 H 1705 M), khalifah keenam. la menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika sebagian barat dapat di kuasai kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.

Penaklukan Islam di Andalusia  tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia  diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia, Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M.

Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan  pada  waktu  yang  sama  oleh  Musa  bin  Nushair  yang  akhirnya  mampu menguasai Andalusia bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti. Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan   di   Afrika   Utara.   Ketika   dinasti   umayyah   di   damaskus   runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Mu’awiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali daulah bani umayyah di Andalusia.

Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq bin Ziayad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa 7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711  berhadapan dengan pasukan Raja  Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna janda141 dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa mengalami perlawanan berarti. 

​

B. Pola Pendidikan Islam di Andalusia.

​

Berdasarkan literatur-lteratur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah peradaban Islam secara garis besarnya pendidikan Islam di Andalusia terbagi dua bagian yaitu:

1. Kuttab

 

Sejak Islam pertama kali menginjakkan kakinya di Andalusia hingga jatuhnya kerajaan  Islam  terakhir  dan  sekitar  tujuh  setengah  abad  lamanya,  Islam  memainkan peranan  yang  besar,  baik  dalam  bidang  Intelektual  (filsafat,  sains,  fikih,  musik  dan kesenian, bahasa dan sastra) juga kemegahan bangunan fisik (Cordova dan Granada).142

Umat muslim Andalusia telah menoreh catatan sejarah yang mengagumkan dalam bidang intelektual, banyak perestasi yang mereka peroleh khususnya perkembangan pendidikan Islam. Pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam sangat tergantung pada penguasa yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan pendidikan. Di Andalusia menyebar lembaga pendidikan yang dinamakan Kuttab selain Masjid. Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapi dan para siswa mempelajari berabagai macam disiplin Ilmu Pengetahuan diantaranya:

​

a. Fikhi.

Oleh karena umat Islam di Andalusia penganut Mazhab Maliki, maka para siswa mendapatkan materi –materi pelajaran fikhi dari Imam Mazhab Maliki. Yang memperkenalkan  mazhab   ini   adalah   Ziyad   ibn   Abd.   Al-Rahman,  perkembangan selanjutnya dilakukan seorang qadhi pada masa Hisyam ibn abd. Al-Rahman yaitu Ibnu Yahya. Dan masih banyak ahli-ahli fikhi lainnya diantaranya Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-Baluthi dan ibn Hazam. Yang sangat populer saat itu.

​

b. Bahasa dan Arab

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Andalusia, hal ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam, bahkan penduduk asli menomorduakan bahasa asli mereka, para siswa diwajibkan berdialog dengan melalui bahasa arab, sehingga bahasa ini cepat populer dan menjadi bahasa keseharian. Mereka yang ahli dan mahir bahasa Arab baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik yang mengarang Al-fiyah, Ib Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al- Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur dan Abu Hayyan al- Gharnathi. Seiring kemajuan di bidang bahasa , muncul banyak karya sastra seperti Al-Íqd al-Farid karya Ibn Abd. Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan144 dan banyak lagi yang lain.

​

c. Seni Musik Dan Seni Suara

Dalam  bidang  musik  dan  suara,  Islam  di  Andalusia  mencapai  kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Ia selalu tampil mempertunjukan kebolehannya. Kepawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang termasyhur dikala itu, ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

​

2. Pendidikan Tinggi

 

Di kawasan Andalusia yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam, juga banyak dibangun banyak perguruan tinggi terkenal seperti Universitas Cordoba, Sevilla, Malaga, Granada dan yang lainnya. Orang-orang Eropa yang pertama kali belajar sains dan ilmu pengetahuan banyak tertarik untuk belajar di  berbagai perguruan tinggi di  Andalusia. Sehingga, lahirlah kemudian murid-murid yang menjadi para pemikir dan filosof terkenal Eropa. Sejak itu, dimulailah zaman Renaissance-nya Eropa. Perguruan Tinggi Oxford dan Cambridge di Inggris merupakan tiruan dari lembaga pendidikan di daerah Andalusia yang menggabungkan pendidikan, pusat riset, dan perpustakaan.

Sebagaimana halnya siswa belajar pendidikan pada tingkat rendah (Kuttab) juga mempunyai kesempatan seluas-luasnya melanjutkan pendidikan pada tingkat tinggi yaitu Universitas Cordova yang berdiri megah di Andalusia. Unversitas Cordova berdiri tegak bersanding  dengan  Masjid  Abdurrahman  III147   yang  akhirnya  berkembang  menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Uniersitas  Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Bagdad. Unversitas Cordova memiliki perpustakaan yang menampung sekitar empat juta buku dan meliputi buku astronomi, matematika, kedokteran,teologi  dan  hukum,  jumlah  muridnya  mencapai  seribu  orang.  Selain  itu terdapat Universitas  Sevilla, Malaga dan Granada.  Para mahasiswa diajarkan tiologi, hukum Islam, kedokteran, kima, filsafat dan astronomi.

​

a. Filsafat

Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat. Dalam bidang ini, Muslim Andalusia merupakan mata rantai yang menghubungkan antara filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Latin-Barat. Perhatian dan minat pada masa Islam Andalusia baik terhadap filsafat pada khususnya maupun terdapat  Ilmu pengetahuan pada umumnya  telah  mulai  dikembangkan pada  abad  ke-9  M.  Selama  pemerintahan  bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd. Rahman (832-886 M),150 sehingga tercatat pada abad ke-12 M Islam di Andalusia mempunyai peran sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengeahuan Yunani –Arab ke Eropa.

Selain itu, muslim Andalusia juga turut andil besar dalam mendamaikan antara agama dengan ilmu, akal dengan iman yang sekaligus menandai akhir abad kegelapan Eropa. Pada kekhalifahan al-Hakam II (961-976M) ribuan karya ilmiah filosofis di impor dari Timur. Karya-karya tersebut terhimpun dalam perpustakaan pribadinya. Kebijakan al- Hakam yang mendukung terciptanya lingkungan intelektual inilah yang pada akhirnya turut serta  membidani lahirnya folosof-filosof besar  sesudahnya, sehingga  Cordova dengan perpustakaan  dan  universitas-universitasnya mampu  menyaingi  Bagdad  sebagai  pusat

utama ilmu pengetahuan di dunia Islam.

​

Apa yang dilakukan oleh pemimpin Dinasti Umayyah di Andalusia ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya. Tokoh utama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibnu al-Sayigh yang lebih dikenal dengan. ibnu Bajjah, dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granad, meninggal kare na keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Ibnu Bajjah banyak menulis tafsir mengenai filsafat Aristoteles. Bukunya yang terkenal adalah Tadbir al- Mutawwahid yang berisi tentang kritik terhadap filsafat al-Gazali yang mengatakan bahwa kebenaran itu dicapai melalui jalan sufi.151  Tokoh yang lainnya terdapat nama Abu Bakr ibnu Thufil, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan  filasafat. Karya  folsafatnya  yang  tekenal  adalah Hay  ibn Yaqzhan.

Pada akhir abad ke-12 M muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan  filsafat  Islam,  dia  adalah  Abu  al-Walid  Muhammad  ibnu  Ahmad  ibnu Muhammad Ruyd dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M. Beliau terkenal dengan nama singkat Ibn Rusyd, ia ahli dalam ilmu hukum sehingga diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cordova.

Meskipun Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada filsafat Aristoteles, ia juga menulis beberapa buku. Dalam bidang kedokteran misalnya menulis buku yang berjudul Al-Kulliat, selanjutnya bidang filsafat bukunya berjudul Tahaful al-Tahaful dan filsafat al Naql dan dalam bidang ilmu terdapat Karya besarnya yang termasyhur berjudul Bidayah al- Mujtahid.

​

b. Sains

Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Andalusia, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i. Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Andalusia: Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip “tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.

Perkembangan sains di Andalusia sangat pesat yang ditandai dengan munculnya berbagai  macam  bidang  ilmu  pengetahuan  diantaranya  ilmu  kedokteran,  matematika, kimia, musik, astronomi dan lain-lainya. Adapun tokoh termasyhur  pada saat itu adalah Abbas ibn Farnas dalam ilmu kimia dan astronomi, ia orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.

Dalam bidang astronomi, terkenal nama- nama az- Zarqali (1.1029). Di toledo Abdul Qasim Maslama bin Ahmad al- Farabi al- Habib al- Majriti (w.1007) di Cordoba yang merupakan terkemuka muslim Andalusia angkatan pertama. Selain itu, muncul Jabir bin  Aflah  Abu  Muhammad (w.1204),  di  Sevilla  yang  menulis  kitab  al-  Hai’a  ,  yang membuat angka  -angka  trigomometrik yang  masih  di  gunakan  sampai  sekarang, dan Nuruddin Abu Ishaq al- Bitruji (w. 1204 ). yang menulis kitab Al- Hai’a.156 Karya- karya para Astronom muslim ini telah banyak menyumbangkan istilah yang berasal dari bahasa Arab ke dalam pembendaharaan ilmu Astronomi dan matematika.

Dalam bidang ilmu kimia orang yang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu, Ibrahim bin Naqqash dalam bidang astronomi dapat menentukan kapan terjadinya gerhana matahari dan kapan lamanya, ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Abbas dari Cordova ahli dalam bidang obat-obatan dan banyak lagi tokoh-tokoh yang disebutkan namun sangat besar jasanya dalam perkembangan dan pencerahan ilmu pengetahuan pada masa itu.

​

c. Kedokteran

Dokter dan tabib dari Al-Andalus memiliki sumbangan yang penting bagi bidang kedokteran, termasuk anatomi dan fisiologi. Di antaranya adalah Abul Qasim Az-Zahrawi (Abulcasis), "bapak ilmu bedah modern", yang menuliskan Kitab at-Tashrif, buku penting dalam kedokteran dan ilmu bedah. At-Tashrif merupakan ensiklopedia yang terdiri dari 30 volume, yang kemudian diterjemahkan ke Bahasa Latin dan digunakan dalam sekolah kedokteran di kebudayaan Eropa maupun Islam selama berabad-abad.

 

C. Faktor Pendukung Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia

 

1. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali majunya, karena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan berwawasan jauh ke depan.

2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Andalusia yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada).

3. Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan  berbagai gagasan. Ini  menunjukkan bahwa, meskipun ummat Islam terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya Islam.

Adanya persaingan antara abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Andalusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang menyaingi Universitas di Baghdad yang merupakan persaingan positif, tidak selalu dalam peperangan.

 

D. Kontribusi Terhadap Pendidikan Masa Sekarang

 

Nilai-moral, prinsip-prinsip dan tujuan pendidikan akan muncul bila berhasil memahami al-Quran dan hadis secara cerdas dan cerdik, begitu juga mengamati tradisi dalam Islam dengan baik juga melahirkan pemahaman intelektualisme yang menjadi salah satu inti utama dalam tradisi pendidikan Islam, yang menurut Fazlur Rahman intelektualisme Islam adalah “The qrowth of genuine original and adeguate Islamic though”. Ciri intelektual Islam  adalah  ketepatan metode  dalam  menafsirkan al-Quran  secara  jernih  komprehensif, integral, analitik, serta ilmiah.157 Tradisi158 Islam yang dikembangkan oleh Seyyed Husen Nasr  dan  Mohammad Arkaun “mirip sebuah  pohon,  dimana akar-akarnya tertanam memelalui wahyu di dalam sifat Illahi dan darinya tumbuh batang-batang dan cabang-cabang sepanjang zaman. Disamping pohon tradisi itu berdiam agama,  dan saripatinya yang terdiri dari barakah yang bersumber kepada wahyu, memungkinkan pohon tersebut terus hidup, tradisi menyiratkan kebenenaran yang kudus, yang langgeng dan tetap, kebijakan abadi serta penerapan bersinambung prinsip-prinsip yang langgeng terhadap berbagai situasi ruang dan waktu”.

Kutipan   tersebut   kiranya   kalau   ditinjau   dan   diterapkan   pada   ‘pendidikan’ menunjukan pemahaman bahwa pendidikan tumbuh dan berakar kuat pada masa pemerintahan Nabi Muhammad (yang berakar dan bersumber pada al-Quran dan sunah atau tradisi-tradisi Nabi baik secara komprehensip maupun parsial), sedangkan batang dan cabang pohonnya dikembangkan pada masa setelah Nabi wafat sampai pada saat ini.

Pemerintahan Dinasti Umayyah yang dikenal dengan penakluk dari padang pasir tidak memiliki tradisi belajar dan khasanah budaya yang dapat diwariskan kepada negeri- negeri taklukannya. Di Suriah, Mesir, Irak, dan Persia mereka duduk khidmat, menjadi murid dari orang yang mereka taklukan, dan sejarah membuktikan, mereka merupakan murid yang sangat rakus akan ilmu.

Selama berjalannya Dinasti Umayyah peranan sosial politik, sosial ekonomi yang belum stabil yang menghasilkan sering terjadinya peperangan di dunia Islam, mengakibatkan lambatnya perkembangan intelektual pada awal ekspansi Islam. Namun

benihnya telah disebarkan dan pohon pengetahuan yang tumbuh rindang pada masa awal Dinasti Abbasyiah di Bagdad jelas telah berakar sebelumnya, yaitu dalam tradisi Yunani, Suriah,  dan  Persia  dengan  demikian  tidak  berlebihan  jika  dikatakan  bahwa  Dinasti Umayyah merupakan masa inkubasi. Adapun salah satu intisati atau buwahnya dapat ditorehkan oleh Dinasti Umayyah di Andalusia “the middle eges” yang mampu keluar dari masa-masa keterbelakangan dan kegelapan mereka.

Mengutif pernyataan Philip K. Hitti bahwa;

Ketika kita berbicara tentang kedokteran Arab, atau Filsafat Arab, Matematika Arab, kita tidak sedang membicarakan tentang Kedokteran, Filsafat dan Matematika yang merupakan hasil pemikiran orang Arab, atau dikembangkan oleh orang disemenanjung Arab, tetapi kita sedang membicarakan pengetahuan yang ditulis dalam bukubuku bahasa Arab oleh orang yang hidup, terutama selama kekhalifahan, yang terdiri atas orang Persia, Mesir, atau Arab, baik Kristen, Yahudi, maupun Islam, sedangkan bahan-bahannya mereka olah dari Yunani, Aramania, Indi- Persia, dan sumber-sumber lainnya”. Selama periode kekuasaan Dinasti Umayyah, dua kota Hijaj Mekah dan Madinah, menjadi tempat berkembangnya musik, dan puisi. Sementara itu kota kembar Irak, Basharah dan Kuffah, berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam.

​

Referensi

Philip K. Hitti, History of the Arab, (terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New York: 2002), h. 628

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed. I, Cet.XVI; Jakarta: PT Raja Grafino Persada, 2004), h.103

Ahmad Syalabi, SejarahPendidkan Islam, (terjemahan), Muchtar Yahya dan Sanusi Latief, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 88.

K. Ali, Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, (ed.I, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 309-310.

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, (Ed. I, Cet. II; Jakarta: Kencana , 2008), h.99.

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan (Ed. I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004), h. 266

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat Islam dan Tasawuf, (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 104

Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam (Jakarta: Graham Ilmu, 2008), h. 13

Unggah tugas
mau terima berita akhir zaman setiap hari di email kamu? GRATIS!^^

Thanks for submitting!

bottom of page